Sebut saja nama saya Asuk, sekarang kuliah di Sydney, setahun yang lalu sebelum saya kuliah disini, saya pacaran sama cewek namanya Ida. Dia orangnya manis, punya body bagus serta supel. Hubunganku dengan Ida tidak disetujui oleh kedua orang tua kita karena perbedaan agama dan ras. Saya pacaran dengannya backstreet selama tiga bulan, bagiku dia cewek yang paling baik yang pernah saya temui. Lama-kelamaan orang tuaku tahu hubungan saya dengan Ida, terus orang tuaku marah besar, dan mau memisahkan kita berdua dengan mengirimku ke Sydney untuk kuliah. Saya tidak bisa menolak amanat orang tua, terus saya terpaksa bilang sama Ida kalau hubungan kita tidak bisa dilanjutin dan saya di suruh belajar di Sydney.
Sehari sebelum keberangkatanku ke Sydney, saya janjian mau ketemu Ida di PIM untuk berpamitan kepadanya. Waktu itu saya lihat wajahnya kelihatannya lesu banget, saya tanya kenapa dia menangis dan bilang kepadaku kalau dia tidak mau berpisah denganku. Setelah itu saya mengantarkannya pulang ke rumahnya, waktu itu rumahnya kosong, orang tuanya sedang pergi dan saudaranya ke sekolah. Saya masuk ke ruang tamunya dan Ida pamit pergi ke dapur untuk membuat minuman. Waktu di dapur, Ida memanggilku, lalu saya datang menghampirinya. Lalu dia memandangiku dan mencium bibirku, saya kaget karena saya belum pernah berciuman dengannya di bibirnya, biasanya cuma cium pipi. Kita berciuman kurang lebih lima menit, lalu saya merasa kalau penisku bangun dan saya mendengar napasnya mendesah. Lalu dia mengajakku masuk ke kamarnya.
Saya teringat film biru yang pernah kutonton bersama teman-teman, lalu kubuka kancing bajunya satu persatu dan kulihat payudaranya yang bersembunyi di dalam BH-nya. Saya sepertinya sudah kemasukan setan dan tidak memikirkan lagi apa akibatnya, terus kubuka BH-nya dan dia diam saja. Saya hisap payudaranya yang indah seperti di film biru yang pernah saya tonton, terus dia menggeliat keenakan. Setelah itu kubuka pakaiannya dan kubuka celana jeans-nya, saya lihat bodynya yang bahenol, ku akui kalau bodynya bagus banget, tidak kalah sama bodynya Cindy Crawford. Saya ciumin badannya sampai perut, lalu kubuka CD-nya, kulihat bulu kemaluannya yang lebat membuatku makin terangsang. Lalu kucium liang kewanitaannya, baunya yang amis membuatku makin gila, lalu kujilati liang kewanitaannya, dan dia teriak kegelian. Lama-kelamaan kemaluannya makin basah, lalu ku tanya dia rela tidak saya perawanin, dia mengangguk dan bilang dia tidak rela berpisah denganku dan mau memberi sesuatu yang tidak akan pernah kulupakan seumur hidupnya.
Tanpa pikir panjang lagi, kumasukkan penisku ke dalam liang senggamanya, ternyata memasukinya tidak segampang seperti di film biru yang pernah saya tonton. Lama-kelamaan akhirnya penisku berhasil memasuki ke dalam liang surganya, dan dia berteriak kesakitan, lalu saya berhenti sebentar untuk menenangkannya. Setelah tenang saya gesek penisku perlahan-lahan di dalam liang senggamanya, dia diam menahan sakit, tetapi lama-kelamaan dia mengeluarkan desahan yang membuatku makin bernafsu. Badannya bergeliat seiring dengan gerakan penisku di dalam liang kewanitaannya. Tidak lama kemudian badannya seperti kejang dan tangannya memeluk badanku erat-erat, terus saya merasa ada cairan hangat yang keluar dari liang surganya dan penisku seperti di pijit-pijit. Beberapa detik kemudian, saya merasa kalau saya sudah mau mencapai klimaks dan akhirnya spermaku keluar dengan derasnya di dalam liang kewanitaannya. Setelah itu saya berbaring di tempat tidurnya beberapa saat karena kecapean.
Tanpa saya sadari kalau orang tuanya sudah pulang dan saya bersama Ida masih dalam keadaan bugil, lalu mamanya masuk ke kamar Ida untuk menanyakan mobil siapa di luar. Mamanya masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu dan memergoki saya lagi berpakaian dan mamanya saat itu juga teriak memanggil Papa Ida. Lalu papanya menampar muka Ida dan menyuruhku pulang waktu itu juga. Saya lihat Ida menangis dan saya sepertinya merasa bersalah, tetapi papanya mengusirku, dengan berat hati saya angkat kaki dari rumah itu.
Besoknya saya langsung meninggalkan Jakarta dengan perasaan bersalah. saya pernah mencoba untuk menghubunginya, tetapi tidak di perbolehkan oleh orang tuanya. Sekarang perasaanku masih dihantui oleh perasaan bersalah karena merenggut kegadisannya dan meninggalkannya.
TAMAT
0 comments:
Posting Komentar